Cara Menonaktifkan AMP di WordPress Sampai Tuntas Tanpa Kehilangan Trafik SEO
Cara menonaktifkan AMP di Wordpress - Beberapa blogger yang menonaktifkan AMP di web mereka dengan
beragam argumen. Walau AMP memang percepat loading web di mobile, realitanya
ada banyak rumor yang membuat beberapa blogger tidak suka.
Pada awal keberadaannya, AMP (Accelerated Mobile Pages)
mengeklaim jika mereka dapat tingkatkan perform web dan tingkatkan pengalaman
pengguna. Tetapi versus webmaster, AMP kerap dirasakan turunkan fungsionalitas
web dan tidak begitu berperan pada SEO.
Artikel Panda ini kali akan membahas selengkapnya mengenai
AMP, permasalahan yang kerap webmaster perkeluhkan sekitar AMP dan langkah
hapus AMP dari web WordPress.
Apakah itu Google AMP?
AMP (Accelerated Mobile Pages) sebuah tehnologi yang Google
bangun untuk tingkatkan kecepatan akses sebuah web di browser mobile.
Google AMP bekerja untuk menyiarkan halaman dengan HTML dan
javascript seminimal kemungkinan supaya bisa diletakkan ke Google AMP Cache.
Dengan demikian, Google dapat memakai cache itu untuk pemakai yang terhubung
link lewat hasil penelusuran.
Karena memakai HTML dan javascript seminimal kemungkinan,
maknanya ada beberapa komponen web yang lenyap supaya aksesnya bisa lebih
cepat. Tersebut kenapa penampilan AMP kelihatan lebih ‘minimalis' dari web
biasa dan kurang feature.
Di artikel awalnya, Panda sempat juga membahas mengenai
apakah itu Google AMP dan langkah memakainya. Bila Anda ingin ketahui AMP lebih
komplet, artikel itu menjadi referensi Anda.
Argumen Webmaster Pilih Hapus AMP
Implikasi AMP sendiri condong tidak gampang. Ada banyak
kekuatan permasalahan yang sering ada saat memakai AMP. Dimulai dari segi
interface dan fungsionalitas web, sampai pengurangan perform dari mayoritas
metrik.
Salah satunya blogger ternama dan penulis di Hacker Noon,
Alex Kras, pernah menulis argumen kenapa dia menonaktifkan AMP dari web
kepunyaannya.
Menurut Kras, karena AMP meminimalisir javascript, ini
membuat feature web nya tidak jalan optimal. Disamping itu, saat mengeklik
sebuah gambar atau link, AMP akan meneruskan penelusuran ke Google, bukan ke
arah web yang serupa.
Dia menulis apa yang terjadi sepanjang sebulan selesai
menonaktifkan AMP.
Tingkat jalan raya nampaknya masih tetap kurang lebih sama
dan semua metrik terlihat lebih baik. Supaya adil, saya mengeluarkan empat
artikel baru karena saya menonaktifkan AMP, jadi angka saya menjadi tonjolan
bagus dari content baru.
Disamping itu, berikut beberapa permasalahan yang sering ada
saat webmaster memakai AMP :
1. Tingkat Alterasi Turun
Karena pemakaian HTML dan javascript yang terbatas,
webmaster akan kesusahan untuk mengoptimalkan feature dalam web nya. Khususnya
dalam soal menggerakkan pengunjung untuk lakukan subscribe, isi form contact,
dan beli produk.
Mengakibatkan, tingkat alterasi pada situs AMP condong lebih
rendah dibanding web biasa yang dapat mengoptimalkan feature button, kolom, dan
CTA (Call to Action) di websitenya.
2. Feature Mobile yang Benar-benar Terbatas
AMP tidak dapat tampilkan navigasi menu web sama seperti
yang webmaster harap. Terhitung sidebar atau content lain. Ini menyebabkan
turunnya pageviews dari pengunjung mobile.
Disamping itu, ahli pengalaman pengguna juga melawan tombol
‘close yang berada di atas penampilan AMP. Tombol ini memberikan dorongan
psikis pada pengunjung untuk kembali lagi ke mesin penelusuran Google dan tidak
membaca topik yang lain webmaster pasarkan di websitenya.
3. Hubungan Pemakai yang Rendah
Kebatasan feature di web tentu saja akan berpengaruh pada
berkurangnya hubungan pemakai. Pemakai akan kesusahan untuk membagi content ke
account sosial media, memberi komentar, memberikan peringkat, dan hubungan
dengan content lain.
4. Telah Memakai Theme WordPress Responsif
Salah satunya arah dari pemakaian theme WordPress responsive
untuk menyuguhkan penampilan dengan UX yang bagus untuk pemakai mobile. Banyak
webmaster berasa jika pemakaian theme responsif cukup untuk layani pemakai
mobile mereka.
4. Penghasilan Google Adsense Turun
Banyak webmaster yang berasa jika penghasilan mereka dari
Google Adsense turun dengan pemakaian AMP. Ini muncul karena tidak seluruhnya
tipe iklan tampil di AMP.
Disamping itu, iklan di AMP ada lebih lamban dan penghasilan
per 1000 penampilan AMP lebih kecil dari halaman biasa.
Langkah Menonaktifkan AMP di Web Tanpa Kehilangan Traffic
Ada langkah-langkah untuk hapus AMP dari web tanpa
memengaruhi SEO dan tanpa kehilangan traffic. Ya, menonaktifkan AMP di web
memanglah bukan sekadar hapus plugin dan usai demikian saja.
Karena bila Anda cuma lakukan ini, Google akan berikan
teguran jika ada beberapa halaman error 404 di web Anda. Untuk menghindariinya,
minimal ada 3 tahap yang dapat Anda turuti :
- Seting ‘no-follow' untuk situs AMP
- Seting Redirection
- Hapus Plugin AMP
Silahkan mulai kita kerjakan satu demi satu :
A. Seting ‘no-follow' di situs AMP
Bila awalnya Anda memakai plugin AMP by AMP Proyek
Contributor, Anda perlu berpindah terlebih dahulu ke plugin AMP for WP. Ini
karena plugin ini memungkinkannya Anda untuk memberikan tag no-index ke AMP.
Sesudah memasang dan aktifkan plugin AMP for WP, masuk ke
sisi AMP > Seting > SEO. Seterusnya, tambah meta tag no follow berikut :
Tag nofollow ini kelak berperan supaya robot Google stop
menjelajahi halaman AMP website kita.
B. Hapus Plugin AMP
Walau telah seting no-follow untuk situs AMP, Google Search
biasanya memerlukan waktu sekian hari untuk hapus situs AMP sampai jadi 0.
Karena itu, Anda perlu menanti sedikit waktu sekian hari sampai
halaman AMP menyusut pada hasil penelusuran. Atau, kerjakan penilaian secara
periodik di Search Console > AMP.
Kemudian, silakan deactivate dan hapus plugin AMP dari web
Anda. Kemudian, teruskan proses ini ke tahapan paling akhir.
C. Membuat Redirection Halaman AMP
Cara paling akhir, buat peralihan untuk halaman- halaman
cache yang sisa di Google supaya terbebas dari error 404.
Peralihan ini dapat Anda kerjakan secara dua sistem, yakni :
- Memakai Plugin Redirection
- Menambah Redirect secara Manual lewat.htaccess
1. Redirect lewat Plugin Redirection
Pertama, Anda perlu memasang dan aktifkan plugin
Redirection. Kemudian, masuk pada menu Perkakas (Tool) >> Peralihan
(Redirection), dan Add New.
Janganlah lupa menukar url di field sasaran dengan alamat
website Anda.
Di kolom URL pilihan, janganlah lupa tentukan Regex dan
tentukan Redirection di opsi Grup. Sesudah semua pilihan telah, tap ‘Add
Redirect' untuk simpan semua peralihan.
Sesudah beberapa saat, coba untuk berkunjung situs AMP Anda
dan melakukan pengujian apa redirect telah bekerja yang baik.
2. Redirect Manual lewat.htaccess
Selainnya plugin Redirection, langkah yang lain dapat Anda
pakai ialah seting redirect manual di.htaccess.
Pertama- tama, Anda perlu masuk ke cPanel atau directory web
Anda. Tentukan public_html atau folder root domain Anda, dan tentukan.htaccess.
Membuka file.htaccess dan tambah beberapa baris code berikut pada bagian
bawah.htaccess :
// Redirect AMP to non-AMP
RewriteEngine On
RewriteCond %{REQUEST_URI} (.+)/amp(.*)$
RewriteRule ^ %1/ [R=301,L] Sesudah usai, janganlah lupa
click Save untuk simpan peralihan.
Ringkasan
Google AMP pada intinya memang berpengaruh pada kenaikan
perform web dari segi kecepatan. Tetapi pada praktiknya, AMP turunkan
fungsionalitas web keseluruhannya. Disamping itu, dalam aplikasinya sering ada
permasalahan error yang kerap ada.
Anjuran Panda, coba kerjakan testing dahulu perform saat
sebelum versus sesudah memakai dan tinggalkan AMP. Testing ini minimal berjalan
setiap 1 bulan. Buat beberapa tanda yang menurut Anda perlu masuk penilaian.
Misalkan saja segi UX, kenaikan traffic dan perform metrik- metrik lain
(pageview, CTR, dll).
Kemudian, bila memilih untuk hapus AMP, Anda dapat ikuti
panduan Panda ini untuk menonaktifkan AMP di web WordPress tanpa banyak
kehilangan traffic.
Selamat mempraktikkan!